Khalid ibn Walid
Khalid ibn Walid, sebelum memeluk Islam adalah komandan barisan berkuda dalam pasukan kafir Quraisy dari Makkah yang datang menyerbu Madinah. Pasukan penyerbu itu dihadang di bukit Uhud oleh pasukan Islam Madinah yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW. Bukit itu berfungsi melindungi lini belakang pasukan Islam Madinah dari sergapan barisan berkuda pasukan kafir Quraisy.
Dalam pertempuran itu pasukan kafir Quraisy dipukul mundur dan mulai kocar-kacir. Barisan pemanah di atas bukit yang melihat pasukan musuh mulai kocar-kacir, lalu meninggalkan posisinya untuk turut mengejar, melalaikan perintah Nabi Muhammad SAW sebelumnya, yakni pasukan pemanah itu harus tetap pada posisinya apapun yang terjadi. Dari jauh Khalid yang jeli matanya melihat celah itu sudah ditinggalkan oleh barisan pemanah, lalu membuat manuver bergerak cepat melingkar ke belakang pasukan Madinah dan memukul pasukan Madinah dari belakang, sehingga hampir saja pasukan Madinah dikalahkan, bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri terluka. Khalid memeluk Islam berproses secara perlahan dan kemudian menjadi mantap dalam rentang waktu perjanjian perdamaian Hudaibiyah. Ia datang ke Madinah mengucapkan kalimah syahadatain di hadapan Nabi Muhamad SAW. Di kemudian hari Khalid menjadi jenderal Islam yang tak pernah terkalahkan.
***
Nabi Muhammad SAW yang mendirikan negara Madinah selama 10 tahun qamariyah membina kekuatan politik, sehingga dari negara-kota Madinah yang kecil telah berhasil menyatukan jazirah 'Arab yang dahulunya terpecah-pecah dalam qabilah yang masing-masing bangga akan qabilahnya. Qabilah-qabilah perbatasan yang selama ini di bawah kontrol kerajaan Rum (Romawi) dan Sassan (Parsi), tidak lagi mentaati kewajibannya sebagai qabilah jajahan, oleh karena telah masuk dalam wilayah administrasi Madinah. Maka Abu Bakar Assiddiq RA, Khalifah yang pertama, harus berhadapan sekaligus dengan dua kerajaan raksasa tersebut. Peperangan itu diteruskan oleh Umar ibn Khattab RA, bahkan peperangan itu melebar menjadi perang pembebasan negeri-negeri Arab yang dijajah oleh kedua raksasa itu, baik di utara (Asia Kecil) dan di timur (daerah Bulan Sabit). Di Front utara pasukan Madinah dipanglimai oleh Khalid ibn Walid dan di front timur dipanglimai oleh Sa’ad ibn Abi Waqash.
***
Sebelum menyerbu pertahanan musuh Khalid mendapat SK dari Khalifah, yaitu SK pencopotan, dihentikan jadi panglima. Khalid minta izin dari panglima yang baru untuk pergi ke Madinah meminta penjelasan dari Khalifah, mengapa dirinya dipecat padahal kemana saja ia dikirim, pasukannya selalu menang. Khalifah menjawab, bahwa justru karena selalu menang itu Khalid dicopot, sebab menyangkut tiga hal: Pertama, wibawa Khalifah harus melebihi jenderalnya, kedua, untuk mencegah Khalid menjadi sombong dan ketiga, untuk memelihara aqidah penduduk yang baru dibebaskan dari penjajahan Rum dari khurafat memuja pahlawan (kultus individu).
Dengan ikhlas Khalid menerima alasan itu. Oleh Khalifah Khalid dikirim ke front timur tanpa pangkat apa-apa ditugaskan untuk membantu Sa’ad , yang mengalami kesulitan dalam menghadapi pasukan bergajah Sassan. Khalid mengusulkan kepada Sa’ad , supaya setiap ekor gajah perang dihadapi satu regu pemanah. Yang dipanah bukan gajahnya, melainkan pengendaranya. Setelah pengendaranya tewas baru gajahnya dipanah. Khalid bersedia menjadi komandan salah satu regu. Taktik Khalid berhasil, setelah gajah perang itu terluka, sedang pengendaranya telah tewas, maka gajah itu berbalik haluan dan melabrak pasukan infantri Sassan di belakangnya. Alhasil pasukan gajah Sassan berhasil dikocar-kacirkan.
Itulah Khalid bin Walid, meski sebagai prajurit biasa yang tanpa pangkat, ia tetap menunjukkan kesungguhannya dalam bertempur, bahkan sangat berjasa dalam merebut kubu musuh. Sehingga, setelah pertempuran tersebut, banyak orang bertanya kepadanya mengapa ia masih begitu bersungguh-sungguh bertempur padahal telah dicopot oleh Khalifah dari pangkat jenderalnya. Dengan pendek Khalid menjawab: "Saya bertempur bukan untuk Khalifah Umar!!" Wallahu a’lam.
Dalam pertempuran itu pasukan kafir Quraisy dipukul mundur dan mulai kocar-kacir. Barisan pemanah di atas bukit yang melihat pasukan musuh mulai kocar-kacir, lalu meninggalkan posisinya untuk turut mengejar, melalaikan perintah Nabi Muhammad SAW sebelumnya, yakni pasukan pemanah itu harus tetap pada posisinya apapun yang terjadi. Dari jauh Khalid yang jeli matanya melihat celah itu sudah ditinggalkan oleh barisan pemanah, lalu membuat manuver bergerak cepat melingkar ke belakang pasukan Madinah dan memukul pasukan Madinah dari belakang, sehingga hampir saja pasukan Madinah dikalahkan, bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri terluka. Khalid memeluk Islam berproses secara perlahan dan kemudian menjadi mantap dalam rentang waktu perjanjian perdamaian Hudaibiyah. Ia datang ke Madinah mengucapkan kalimah syahadatain di hadapan Nabi Muhamad SAW. Di kemudian hari Khalid menjadi jenderal Islam yang tak pernah terkalahkan.
***
Nabi Muhammad SAW yang mendirikan negara Madinah selama 10 tahun qamariyah membina kekuatan politik, sehingga dari negara-kota Madinah yang kecil telah berhasil menyatukan jazirah 'Arab yang dahulunya terpecah-pecah dalam qabilah yang masing-masing bangga akan qabilahnya. Qabilah-qabilah perbatasan yang selama ini di bawah kontrol kerajaan Rum (Romawi) dan Sassan (Parsi), tidak lagi mentaati kewajibannya sebagai qabilah jajahan, oleh karena telah masuk dalam wilayah administrasi Madinah. Maka Abu Bakar Assiddiq RA, Khalifah yang pertama, harus berhadapan sekaligus dengan dua kerajaan raksasa tersebut. Peperangan itu diteruskan oleh Umar ibn Khattab RA, bahkan peperangan itu melebar menjadi perang pembebasan negeri-negeri Arab yang dijajah oleh kedua raksasa itu, baik di utara (Asia Kecil) dan di timur (daerah Bulan Sabit). Di Front utara pasukan Madinah dipanglimai oleh Khalid ibn Walid dan di front timur dipanglimai oleh Sa’ad ibn Abi Waqash.
***
Sebelum menyerbu pertahanan musuh Khalid mendapat SK dari Khalifah, yaitu SK pencopotan, dihentikan jadi panglima. Khalid minta izin dari panglima yang baru untuk pergi ke Madinah meminta penjelasan dari Khalifah, mengapa dirinya dipecat padahal kemana saja ia dikirim, pasukannya selalu menang. Khalifah menjawab, bahwa justru karena selalu menang itu Khalid dicopot, sebab menyangkut tiga hal: Pertama, wibawa Khalifah harus melebihi jenderalnya, kedua, untuk mencegah Khalid menjadi sombong dan ketiga, untuk memelihara aqidah penduduk yang baru dibebaskan dari penjajahan Rum dari khurafat memuja pahlawan (kultus individu).
Dengan ikhlas Khalid menerima alasan itu. Oleh Khalifah Khalid dikirim ke front timur tanpa pangkat apa-apa ditugaskan untuk membantu Sa’ad , yang mengalami kesulitan dalam menghadapi pasukan bergajah Sassan. Khalid mengusulkan kepada Sa’ad , supaya setiap ekor gajah perang dihadapi satu regu pemanah. Yang dipanah bukan gajahnya, melainkan pengendaranya. Setelah pengendaranya tewas baru gajahnya dipanah. Khalid bersedia menjadi komandan salah satu regu. Taktik Khalid berhasil, setelah gajah perang itu terluka, sedang pengendaranya telah tewas, maka gajah itu berbalik haluan dan melabrak pasukan infantri Sassan di belakangnya. Alhasil pasukan gajah Sassan berhasil dikocar-kacirkan.
Itulah Khalid bin Walid, meski sebagai prajurit biasa yang tanpa pangkat, ia tetap menunjukkan kesungguhannya dalam bertempur, bahkan sangat berjasa dalam merebut kubu musuh. Sehingga, setelah pertempuran tersebut, banyak orang bertanya kepadanya mengapa ia masih begitu bersungguh-sungguh bertempur padahal telah dicopot oleh Khalifah dari pangkat jenderalnya. Dengan pendek Khalid menjawab: "Saya bertempur bukan untuk Khalifah Umar!!" Wallahu a’lam.
0 Tanggapan untuk "Khalid ibn Walid"
Post a Comment