Thalut: Raja Bani Israel Yang Dipilih Allah
Ketika Bani Israil terombang-ambing oleh kekosongan pemimpin pasca Nabi Musa as, beberapa orang di antara mereka berkata kepada pemimpin agama mereka-yang termasuk nabi, tetapi bukan rasul-agar mengangkat seorang raja/pemimpin. Mereka berkata, "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (dibawah pimpinannya) di jalan Allah".
Lalu, nabi itu menjawab "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang". Maksudnya, sudah kebiasaan Bangsa Israel ketika diperintahkan berperang tetapi mereka tidak berani, namun ketika tidak ada pemimpin mereka meminta untuk berperang.
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?". Mereka meyakinkan bahwa mereka mau berperang, karena mereka telah diusir dan anak-anak mereka ditawan. Namun, tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka, dan tidak mau.
Nabi mereka tadi berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?"
Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut (peti tempat menyimpan Taurat yang membawa ketenangan bagi mereka) kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Mereka pun akhirnya menerima Thalut sbg raja. Maka tatkala Thalut berangkat membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali meneguk secakup tangan, maka dia adalah pengikutku."
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." (Jalut adalah musuh)
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
Tatkala Jalut dan tentaranya telah berhadapan dg mereka (Thalut), merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo'a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."
Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (yang dimaksud ialah kenabian dan Kitab Zabur, sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.
Demikian kisah Thalut dan Daud, seperti dalam al-Qur'an, surat al-Baqarah ayat 246 – 251. Wallahu a’lam.
Lalu, nabi itu menjawab "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang". Maksudnya, sudah kebiasaan Bangsa Israel ketika diperintahkan berperang tetapi mereka tidak berani, namun ketika tidak ada pemimpin mereka meminta untuk berperang.
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?". Mereka meyakinkan bahwa mereka mau berperang, karena mereka telah diusir dan anak-anak mereka ditawan. Namun, tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka, dan tidak mau.
Nabi mereka tadi berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?"
Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut (peti tempat menyimpan Taurat yang membawa ketenangan bagi mereka) kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Mereka pun akhirnya menerima Thalut sbg raja. Maka tatkala Thalut berangkat membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali meneguk secakup tangan, maka dia adalah pengikutku."
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." (Jalut adalah musuh)
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
Tatkala Jalut dan tentaranya telah berhadapan dg mereka (Thalut), merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo'a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."
Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (yang dimaksud ialah kenabian dan Kitab Zabur, sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.
Demikian kisah Thalut dan Daud, seperti dalam al-Qur'an, surat al-Baqarah ayat 246 – 251. Wallahu a’lam.
0 Tanggapan untuk "Thalut: Raja Bani Israel Yang Dipilih Allah"
Post a Comment