Dahsyatnya Gelombang Penghancur Iman Dan Akhlaq
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Ada gelombang dahsyat yang menimpa ummat Islam
sedunia, yaitu gelombang budaya jahiliyah yang merusak akhlaq dan aqidah
manusia yang disebarkan lewat televisi dan media lainnya. Gelombang itu pada
hakekatnya lebih ganas dibanding senjata-senjata nuklir yang sering
dipersoalkan secara internasional. Hanya saja gelombang dahsyat itu karena
sasarannya merusak akhlaq dan aqidah, sedang yang paling menjunjung tinggi
akhlaq dan aqidah itu adalah Islam, maka yang paling prihatin dan menjadi
sasaran adalah ummat Islam. Hingga, sekalipun gelombang dahsyat itu telah
melanda seluruh dunia, namun pembicaraan hanya sampai pada tarap keluhan para
ulama dan Muslimin yang teguh imannya, serta sebagian ilmuwan yang obyektif.
Gelombang dahsyat itu tak lain adalah budaya jahiliyah
yang disebarkan lewat aneka media massa, terutama televisi, VCD/ CD, radio,
majalah, tabloid, koran,dan buku-buku yang merusak akhlak.
Dunia Islam seakan menangis menghadapi gelombang
dahhsyat itu. Bukan hanya di Indonesia, namun di negara-negara lain pun dilanda
gelombang dahsyat yang amat merusak ini.
Di antara pengaruh negatif televisi adalah
membangkitkan naluri kebinatangan secara dini... dan dampak dari itu semua
adalah merosotnya akhlak dan kesalahan yang sangat mengerikan yang dirancang
untuk menabrak norma-norma masyarakat. Ada sejumlah contoh bagi kita dari
pengkajian Charterz (seorang peneliti) yang berharga dalam masalah ini di
antaranya ia berkata: “Sesungguhnya pembangkitan syahwat dan penayangan
gambar-gambar porno, dan visualisasi (penampakan gambar) trik-trik porno, di
mana sang bintang film menanamkan rasa senang dan membangkitkan syahwat bagi
para penonton dengan cara yang sangat fulqar bagi kalangan anak-anak dan
remaja itu amat sangat berbahaya.”
Peneliti ini telah mengadakan statistik kumpulan
film-film yang ditayangkan untuk anak-anak sedunia, ia mendapatkan bahwa:
- 29,6% film anak-anak
bertemakan seks
- 27,4% film anak-anak tentang
menanggulangi kejahatan
- 15% film anak-anak berkisar
sekitar percintaan dalam arti syahwat buka-bukaan.
Terdapat pula film-film yang menampilkan kekerasan yang
menganjurkan untuk balas dendam, memaksa, dan brutal.
Hal itu dikuatkan oleh sarjana-sarjana psikologi bahwa
berlebihan dalam menonton program-program televisi dan film mengakibatkan
kegoncangan jiwa dan cenderung kepada sifat dendam dan merasa puas dengan
nilai-nilai yang menyimpang. (Thibah Al-Yahya, Bashmat ‘alaa waladi/
tanda-tanda atas anakku, Darul Wathan, Riyadh, cetakan II, 1412H, hal 28).
Jangkauan lebih luas
Apa yang dikemukakan oleh peneliti beberapa tahun lalu
itu ternyata tidak menjadi peringatan bagi para perusak akhlaq dan aqidah.
Justru mereka tetap menggencarkan program-programnya dengan lebih dahsyat lagi
dan lebih meluas lagi jangkauannya, melalui produksi VCD dan CD yang ditonton
oleh masyarakat, dari anak-anak sampai kakek- nenek, di rumah masing-masing.
Gambar-gambar yang merusak agama itu bisa disewa di pinggir-pinggir jalan atau
dibeli di kaki lima dengan harga murah. Video dan komputer/ CD telah menjadi
sarana penyaluran budaya kaum jahili untuk merusak akhlaq dan aqidah ummat Islam.
Belum lagi situs-situs porno di internet.
Budaya jahiliyah itu jelas akan menjerumuskan manusia
ke neraka. Sedangkan Allah Subhannahu wa Ta'ala memerintahkan kita agar menjaga
diri dan keluarga dari api Neraka. Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim: 6).
Sirkulasi perusakan akhlaq dan aqidah
Dengan ramainya lalulintas tayangan yang merusak
aqidah dan akhlaq lewat berbagai jalur itu penduduk dunia -dalam pembicaraan
ini ummat Islam-- dikeroyok oleh syetan-syetan perusak akhlaq dan aqidah dengan
aneka bentuk. Dalam bentuk gambar-gambar budaya jahiliyah, di antaranya
disodorkan lewat televisi, film-film di VCD, CD, bioskop, gambar-gambar cetak
berupa foto, buku, majalah, tabloid dsb. Bacaan dan cerita pun demikian.
Tayangan, gambar, suara, dan bacaan yang merusak
aqidah dan akhlaq itu telah mengeroyok Muslimin, kemudian dipraktekkan langsung
oleh perusak-perusak aqidah dan akhlaq dalam bentuk diri pribadi, yaitu
perilaku. Lalu masyarakatpun meniru dan mempraktekkannya. Sehingga praktek
dalam kehidupan sehari-hari yang sudah menyimpang dari akhlaq dan aqidah yang
benar itupun mengepung ummat Islam.
Dari sisi lain, praktek tiruan dari pribadi-pribadi
pendukung kemaksiatan itupun diprogramkan pula untuk dipompakan kepada masyarakat
dengan aneka cara, ada yang dengan paksa, misalnya menyeragami para wanita
penjaga toko dengan pakaian ala jahiliyah. Sehingga, ummat Islam didesak dengan
aneka budaya yang merusak aqidah dan akhlaq, dari yang sifatnya tontonan sampai
praktek paksaan.
Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam
memperingatkan agar ummat Islam tidak mematuhi suruhan siapapun yang
bertentangan dengan aturan Allah swt. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam
Bersabda:
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ اللهِ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى. (رواه أحمد في مسنده 20191).
“Tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam maksiat pada
Allah Tabaraka wa Ta’ala.” ( Hadits
Riwayat Ahmad, dalam Musnadnya nomor 20191).
Sikap Ummat Islam
Masyarakat Muslim pun beraneka ragam dalam menghadapi
kepungan gelombang dahsyat itu. Golongan pertama, prihatin dengan bersuara
lantang di masjid-masjid, di majlis-majlis ta’lim dan pengajian, di
tempat-tempat pendidikan, dan di rumah masing-masing. Mereka melarang
anak-anaknya menonton televisi karena hampir tidak diperoleh manfaat darinya,
bahkan lebih besar madharatnya. Mereka merasakan kesulitan dalam mendidikkan
anak-anaknya. Kemungkinan, tinggal sebagian pesantrenlah yang relatif lebih
aman dibanding pendidikan umum yang lingkungannya sudah tercemar akhlaq buruk.
Ummat Islam adalah golongan pertama yang ingin
mempertahan-kan aqidah dan akhlaq anak-anaknya itu, di bumi zaman sekarang ini
ibarat orang yang sedang dalam keadaan menghindar dari serangan musuh. Harus
mencari tempat perlindungan yang sekira-nya aman dari aneka “peluru” yang
ditembakkan. Sungguh!
Golongan kedua, Ummat Islam yang biasa-biasa saja sikapnya. Diam-diam
masyarakat Muslim yang awam itu justru menikmati
aneka tayangan yang sebenarnya merusak akhlaq dan aqidah mereka dengan senang
hati. Mereka beranggapan, apa-apa yang ditayangkan itu sudah lewat sensor,
sudah ada yang bertanggung jawab, berarti boleh-boleh saja. Sehingga mereka
tidak merasa risih apalagi bersalah. Hingga mereka justru mempersiap-kan aneka
makanan kecil untuk dinikmati sambil menonton tayangan-tayangan yang merusak
namun dianggap nikmat itu. Sehingga mereka pun terbentuk jiwanya menjadi
penggemar tayangan-tayangan itu, dan ingin mempraktekkannya dalam kehidupan.
Tanpa disarari mereka secara bersama-sama dengan yang lain telah jauh dari
agamanya.
Golongan ketiga, masyarakat yang juga mengaku Islam,
tapi lebih buruk dari sikap orang awam tersebut di atas. Mereka berangan-angan,
betapa nikmatnya kalau anak-anaknya menjadi pelaku-pelaku yang ditayangkan itu.
Entah itu hanya jadi penjoget di belakang penyanyi (namanya penjoget latar),
atau berperan apa saja, yang penting bisa tampil. Syukur-syukur bisa jadi
bintang top yang mendapat bayaran besar. Mereka tidak lagi memikir tentang akhlaq,
apalagi aqidah. Yang penting adalah hidup senang, banyak duit, dan serba mewah,
kalau bisa agar terkenal. Untuk mencapai ke “derajat” itu, mereka berani
mengorbankan segalanya termasuk apa yang dimiliki anaknya. Na’udzubillaah.
Ini sudah bukan rahasia lagi bagi orang yang tahu tentang itu. Na’udzu
billah tsumma na’udzu billah.
Golongan pertama yang ingin mempertahankan akhlaq dan
aqidah itu dibanding dengan golongan yang ketiga yang berangan-angan agar
anaknya ataupun dirinya jadi perusak akhlaq dan aqidah, boleh jadi seimbang
jumlahnya. Lantas, golongan ketiga --yang ingin jadi pelaku perusak akhlaq dan
aqidah itu-- digabung dengan golongan kedua yang merasa nikmat dengan adanya
tayangan maksiat, maka terkumpullah jumlah mayoritas. Hingga Muslimin yang
mempertahankan akhlaq dan aqidah justru menjadi minoritas.
Itu kenyataan. Buktinya, kini masyarakat jauh lebih
meng-unggulkan pelawak daripada ulama’. Lebih menyanjung penyanyi dan penjoget
daripada ustadz ataupun kiyai. Lebih menghargai bintang film daripada guru
ngaji. Dan lebih meniru penjoget daripada imam masjid dan khatib.
Ungkapan ini secara wajar tampak hiperbol,
terlalu didramatisir secara akal, tetapi justru secara kenyataan adalah nyata.
Bahkan, bukan hanya suara ulama’ yang tak didengar, namun Kalamullah pun sudah banyak tidak didengar. Sehingga, suara penyayi, pelawak, tukang iklan dan sebagainya lebih dihafal
oleh masyarakat daripada Kalamullah, ayat-ayat Al-Quran. Fa
nastaghfirulaahal ‘adhim.
Tayangan-tayangan televisi dan lainnya telah mengakibatkan
berubahnya masyarakat secara drastis. Dari berakhlaq mulia dan tinggi menjadi
masyarakat tak punya filter lagi. Tidak tahu mana yang ma’ruf (baik) dan mana
yang munkar (jelek dan dilarang). Bahkan dalam praktek sering mengutamakan yang
jelek dan terlarang daripada yang baik dan diperintahkan oleh Allah SWT.
Berarti manusia ini telah merubah keadaan dirinya. Ini
mengakibatkan dicabutnya ni’mat Allah akibat perubahan tingkah manusia itu
sendiri, dari baik menjadi tidak baik. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d/ 13:11).
Mencampur kebaikan dengan kebatilan
Kenapa masyarakat tidak dapat membedakan kebaikan dan
keburukan? Karena “guru utama mereka” adalah televisi. Sedang program-program
televisi adalah menampilkan aneka macam yang campur aduk. Ada aneka macam
kebohongan misalnya iklan-iklan yang sebenarnya bohong, tak sesuai dengan
kenyataan, namun ditayangkan terus menerus. Kebohongan ini kemudian dilanjutkan
dengan acara tentang ajaran kebaikan, nasihat atau pengajian agama. Lalu
ditayangkan film-film porno, merusak akhlaq, merusak aqidah, dan menganjurkan
kesadisan. Lalu ditayangkan aneka macam perkataan orang dan berita-berita yang
belum tentu mendidik. Sehingga, para penonton lebih-lebih anak-anak tidak bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Masyarakat pun demikian. Hal itu
berlangsung setiap waktu, sehingga dalam tempo sekian tahun, manusia Muslim yang
tadinya mampu membedakan yang haq dari yang batil, berubah menjadi manusia yang
berfaham menghalalkan segala cara, permissive atau ibahiyah,
apa-apa boleh saja.
Munculnya masyarakat permissive itu karena
adanya penyingkiran secara sistimatis terhadap aturan yang normal, yaitu
larangan mencampur adukkan antara yang haq (benar) dan yang batil. Yang
ditayangkan adalah jenis pencampur adukan yang haq dan yang batil secara terus
menerus, ditayangkan untuk ditonton oleh masyarakat. Padahal Allah Subhannahu wa
Ta'ala telah melarang pencampur adukan antara yang haq dengan yang batil:
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan
yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 42).
Dengan mencampur adukkan antara yang benar dengan yang
batil secara terus menerus, akibatnya mempengaruhi manusia untuk tidak
menegakkan yang haq/ benar dan menyingkirkan yang batil. Kemudian berakibat
tumbuhnya jiwa yang membolehkan kedua-duanya berjalan, akibatnya lagi,
membolehkan tegaknya dan merajalelanya kebatilan, dan akibatnya pula
menumbuhkan jiwa yang berpandangan serba boleh. Dan terakhir, tumbuh jiwa yang
tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Lantas, kalau
sudah tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang haq
dan mana yang batil, lantas keimanannya di mana?
Menipisnya keimanan itulah bencana yang paling parah
yang menimpa ummat Islam dari proyek besar-besaran dan sistimatis serta terus
menerus yang diderakan kepada ummat Islam sedunia. Yaitu proyek mencampur
adukkan antara kebaikan dan keburukan lewat aneka tayangan. Apakah upaya kita
untuk membentengi keimanan kita?
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ
تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ
عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ
وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ
0 Tanggapan untuk "Dahsyatnya Gelombang Penghancur Iman Dan Akhlaq"
Post a Comment