Hamba Allah Dan Ummat Nabi Muhammad SAW
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا
رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ
تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
Sudah menjadi kewajiban
seorang Muslim memiliki dua kesadaran, kesadaran sebagai hamba Allah Ta’ala dan
kesadaran sebagai umat Muhammad Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam ,
Jika kesadaran itu hilang dari jiwa seorang Mukmin maka tindakan dan amalan
akan ngawur dan sembrono yang mengakibatkan Allah Ta’ala tidak akan memberi
ganjaran apapun yang didapat hanyalah siksa.
Kesadaran pertama,
kesadaran kita sebagai hamba Allah Ta’ala yang kita tampakkan dalam setiap
aktifitas sehari-hari dalam bahasa agamanya disebut (إِظْهَاُر الْعُبُوْدِيَّةِ)
Sebagai misal menampakkan kehambaan kepada Allah. Contohnya jika kita mau makan
meskipun seolah-olah padi kita tanam disawah kita sendiri, beras kita masak
sendiri maka ketika mau makan disunnahkan berdo’a:
اَللَّهُمَّ بَاِركْ لَنَا فِيْهِ وَأَطْعِمْنَا
مِنْهُ. (صحيح الترمذي، 3/158).
“yaa Allah berilah kami keberkahan darinya dan berilah kami
makan darinya”
Berarti Allah Ta’ala yang
memberi rizki, bukan sawah atau lainnya. Begitu pula kita punya mobil atau
kendaraan lainnya, meskipun kita membeli kendaraan dengan usaha sendiri, dengan
uang sendiri, namun ketika mau mengendarai disunnahkan berdo’a:
بِسْمِ اللهِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سُبْحَانَ اللهِ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا
هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ وَأَنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ.
(صحيح الترمذي، 3/156).
Ikhwan fillah
rahimakumullah
Itulah contoh bahwa
setiap saat kita harus nyatakan kehambaan kepada Allah Ta’ala, jika
pernyataan itu hilang, maka alamat iman telah rusak di muka bumi ini dan
akan hilang kemudian muncul kesombongan dan keangkuhan, hal ini telah terjadi
pada zaman Nabi Musa p
yang ketika itu pengusanya lalim dan sombong sehingga lupa akan status
sebagai hamba, bahkan si raja itu begitu sangat sombongnya sampai ia
memproklamirkan dirinya sebagai tuhan, dia menyuruh kepada rakyatnya agar
menyembah kepadanya. Dialah raja Fir’aun.
Kenyataan di atas sudah
tergambar pada zaman sekarang, begitu banyak orang-orang modern yang seharusnya
sebagai hamba Allah Ta’ala namun banyak diantara mereka yang mengalihkan penghambaan
kepada harta, wanita dan dunia. Setiap hari dalam benak mereka hanya dijejali
dengan berbagai macam persoalan dunia, mencari kenikmatan dan kepuasan dunia
saja tanpa memperhatikan kepuasan akhirat padahal kenikmatan akhirat lebih baik
dari kenikmatan dunia, bahkan lebih kekal abadi.
Ihwan Fillah
rahimakumullah
Allah Ta’ala menciptakan
manusia bukan untuk menumpuk harta benda tapi Allah Ta’ala menciptakan manusia
dan jin hanya untuk menyembah kepadaNya.
“Dan tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaKu.”
(Adz-Dzariyat: 56).
Makna penghambaan kepada
Allah Ta’ala adalah mengesakannya dalam beribadah dan mengkhusus-kan kepadaNya
dalam berdo’a, tentang hal ini Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam
bukunya Syarah Tsalasah Usul, memaparkan persoalan penting yang harus diketahui
oleh kaum Muslimin:
اْلأُوْلَى اَلْعِلْمُ
وَهُوَ مَعْرِفَةُ اللهِ، مَعْرِفَةُ نَبِيِّهِ وَمَعْرِفَةُ دِيْنِهِ
اْلإِسْلاَمِ بِاْلأَدِلَّةِ. الثَّانِيَةُ اَلْعَمَلُ بِهِ. الثَّالِثَةُ
اَلدَّعْوَةُ إِلَيْهِ.
“Pertama adalah ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Rasul
dan Dienul Islam dengan dalil dalilnya kedua mengamalkannya ketiga
mendakwakannya.”
Ikhwan fillah
rahimakumullah.
Syaikh Muhammad At-Tamimi
dalam kitab Tauhid, membe-rikan penjelasan bahwa ayat di atas, menunjukkan
keistimewaan Tauhid dan keuntungan yang diperoleh di dalam kehidupan dunia dan
akhirat. Dan menunjukkan pula syirik adalah perbuatan dzalim yang dapat
membatalkan iman jika syirik itu besar, atau mengurangi iman jika syirik asghar
(syirik kecil).
Akibat buruk orang yang
mencampuradukan keimanan dengan syirik disebutkan Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa syirik tetapi Dia mengampuni segala dosa selain syirik itu bagi
siapa yang dikehendaki.”
مَنْ مَاتَ وَهُوَ
يَدْعُوْ مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ. (البخاري عن ابن مسعود).
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan menyembah selain
Allah niscaya masuk kedalam Neraka.”
مَنْ لَقِيَ اللهَ لاَ
يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
دَخَلَ النَّارَ. (مسلم عن جابر).
“Barangsiapa menemui Allah Ta’ala (mati) dalam keadaan tidak
berbuat syirik sedikitpun pasti masuk Surga, tetapi barangsiapa menemuinya
(mati) dalam keadaan berbuat syirik kepadaNya pasti masuk Neraka.”
Ihwan fillah
rahimakumullah.
Demikianlah seharusnya,
kaum Muslimin selalu sadar atas statusnya yaitu status kehambaan terhadap Allah
Ta’ala. Dan cara menghamba harus sesuai dengan manhaj yang shohih tanpa terbaur
syubhat dan kesyirikan. Jadi inti penghambaan adalah beribadah kepada Allah
Ta’ala dan tidak melakukan syirik dengan sesuatu apapun.
Kesadaran kedua sebagai
ummat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
Kesadaran sebagai umat
rasul, adalah menyadari bahwa amalan-amalan kita akan diterima oleh Allah
Ta’ala dengan syarat sesuai sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam . Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan
konsekuensi mengenal Rasul adalah menerima segala perintahnya bahwa
mempercayai apa yang diberitakannya, mematuhi perintahnya, menjahui segala
larangn-nya, menetapkan perkara dengan syariat dan
ridha dengan putusannya.
Pastilah dari kalangan
ahli sunnah waljama’ah sepakat untuk mengimani dan menjalankan apa-apa yang
diperintahnya, menjauhi larangannya. Tidak diterima ibadah seseorang tanpa
mengikuti sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
sebagaimana hadits berikut:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. (مسلم).
“Barangsiapa
yang mengerjakan suatu amalan dalam agama yang tidak ada perintah dari kami
maka ia tertolak.” (HR. Muslim).
مَنْ أَحْدَثَ فِي
أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. (البخاري ومسلم).
“Barangsiapa yang mengada-ada dalam perkara agama kami dan tidak
ada perintah dari kami maka ia tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Melihat hadits di atas,
setiap kaum Muslimin dalam aktifitasnya harus merujuk kepada apa yang dibawa oleh
Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam , baik ucapan, perbuatan maupun
taqrir atau ketetapan.
Ihwan fillah
Rahimakumullah.
Ingatlah banyak dari kaum
Muslimin, yang menyalahi man-haj Rasulullah, dengan mengatasnamakan Islam. Dan
kebanyakan mereka tidak mengetahui bahwa perbuatan semacam itu menjadi tertolak
karena tidak sesuai dengan sunnah Nabi. Misalnya mereka menyalahi manhaj
dakwah Salafus Shalih, Contohnya berdakwah dengan musik, nada dan dakwa,
sandiwara, fragmen, cerita-cerita, wayang dan lain-lain.
Begitu juga dengan
Assyaikh Abdul Salam bin Barjas bin Naser Ali Abdul Karim dalam bukunya Hujajul
Qowiyah menukil perkataan Al-Ajurri dalam kitab As-Syari’ah bahwa Ali Ra dan
Ibnu Masu’d berkata:
لاَ يَنْفَعُ قَوْلٌ
إِلاَّ بِعَمَلٍ وَلاَ قَوْلٌ وَعَمَلٌ إِلاَّ بِنِيَّةٍ وَلاَ نِيَّةٌ إِلاَّ
بِمُوَافَقَةِ السُّنَّةِ.
“Tidak
bermanfaat suatu perkataan kecuali dengan perbuatan dan tidak pula perkataan
dan perbuatan kecuali dengan niat dan niat pun tidak bermanfaat kecuali sesuai
dengan sunnah.”
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ
لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُوْنَ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَنَحْنُ لَهُ تَابِعُوْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، صَلِّ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، رَحِمَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِ وَالْعَلَنَ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَأَطِيْعُوْهُ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَيَّهُاَ
الْمُؤْمِنُوْنَ، أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ تَقْدِيْمًا
وَبَدَأَ بِنَفْسِهِ تَعْلِيْمًا، وَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ
أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا
الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ
الْوَهَّابُ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ
لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 Tanggapan untuk "Hamba Allah Dan Ummat Nabi Muhammad SAW"
Post a Comment