Islam Agama Yang Benar
Khutbah Pertama
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: {يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ}. {وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ
مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
وَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ
إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ
أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
Saudara-saudara kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Dalam khutbah jum’ah ini, kami hendak memberikan nasehat terutama untuk
saya sendiri dan untuk jamaah semuanya.
Untuk memperbaiki kualitas ibadah kita, marilah kita selalu bertaqwa kepada
Allah saja, tidak kepada selain-Nya. Selalu bersyukur kepada Allah setiap
waktu, di setiap tempat, dan di setiap keadaan, atas segala kenikmatan dan
karuniaNya yang tidak dapat kita hitung. Juga selalu menjalankan yang
disyari’atkan Allah dan yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam, dengan cara; semua yang diperintah-kan kita jalankan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan; sedangkan yang dilarang kita
tinggalkan, tidak kita lakukan, bahkan mendekatipun jangan.
Saudara-saudara jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.
Krisis yang terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu sampai saat ini,
bukan saja krisis moneter tapi juga krisis kepercayaan terhadap agama Islam
oleh penganutnya sendiri. Krisis kepercayaan terhadap kebenaran Islam sebagai
agama universal dan paripurna tidak dapat dipungkiri telah melanda banyak orang
yang mengaku dirinya beragama Islam. Ini terbukti dengan gaya hidup mereka yang
dilihat secara lahiriyah masih ada saja kesamaan dengan gaya hidup orang-orang
yang nonMuslim. Misalnya dalam masalah makan minum dengan berdiri dan dengan
tangan kiri kaum Muslim masih banyak yang ikut-ikutan berbuat demikian pada
acara-acara resmi, padahal makan dan minum dengan tangan kiri atau berdiri
bukan etika Islami. Sementara kalau melihat kaum wanita di jalan-jalan, sulit
dibedakan antara seorang muslimah dengan non-muslimah, sebab rambut sama-sama
terlihat, betis sama-sama terbuka, sama-sama menor dalam bersolek bahkan
sama-sama berpakaian ketat. Yang mana semuanya dilarang dalam Islam.
Kaum muslimin yang berbahagia.
Boleh jadi semua itu akibat ketidaktahuan atau ketidak fahaman. Namun
ketidak tahuan itu adalah akibat bahwa kebanyakan kaum muslimin telah
kehilangan kepercayaan terhadap Islam, sehingga mereka cenderung mengabaikan
ajaran-ajarannya. Mempelajari ilmu-ilmu Islam dianggap ketinggalan jaman.Banyak
orang Islam, bahkan kalangan akademik yang beranggapan mempelajari ilmu-ilmu
Islam tanpa dicampur dengan teori-teori ilmu barat, suatu kemunduran.Tidak
sesuai dengan perkembangan jaman dan seterusnya. Bukankah itu krisis
kepercayaan terhadap Islam?
Umumnya seseorang diketahui sebagai seorang muslim, apabila ia melaksanakan
shalat atau ketika diajak berbicara. Hanya dalam beberapa kalangan atau kawasan
saja terdapat suatu kelompok sosial secara lahiriah tampak sebagai muslim,
sebab perempuan-perempuan mereka berjilbab misalnya.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, pasti mengimani dan
meyakini bahwa hanya Islam sajalah yang terbaik dan benar, sebagai pedoman
beribadah dan pedoman hidup didunia. Sebab ia meyakini bahwa segala yang
dikatakan Allah dan RasulNya pasti benar dan baik.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang ada) di
sisi Allah adalah Islam.” (Ali Imran:
19)
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan
bahwa ayat tersebut merupakan berita dari Allah Subhannahu wa Ta'ala bahwa tidak
ada agama apapun yang diterima di sisi Allah, kecuali Islam. Sedangkan Islam
ialah ittiba’ (mengikuti) rasul-rasul Allah yang diutus untuk tiap-tiap
masa, sampai akhirnya ditutup dengan rasul terakhir Muhammad Shallallaahu
alaihi wa Salam. Sehingga jalan menuju Allah tertutup kecuali melalui jalan
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Karenanya, siapa yang menghadap Allah
Subhannahu wa Ta'ala setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa
Salam dengan menggunakan agama yang tidak berdasarkan syariat beliau, maka
tidak akan diterima. Seperti halnya firman Allah pada ayat yang lain:
“Barang siapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85).
Jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.
Demikian pula pada ayat di atas Allah memberitahukan tentang pembatasan
agama yang diterima di sisiNya, hanyalah Islam. Dengan kata lain, bahwa selain
Islam adalah agama yang batil. Tidak akan membawa kebaikan dunia dan tidak pula
akhirat. Sebab agama selain Islam, tidak diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah
Subhannahu wa Ta'ala sebagai pedoman, baik dalam hal ibadah maupun
mu’amalah-mu’amalah duniawi.
Bukankah hanya Allah Subhannahu wa Ta'ala sendiri Yang Maha Mengetahui
dengan cara apa dan pedoman bagaimana, manusia akan mendapat maslahat hidupnya?
Bukankah Dzat Yang Maha Pencipta, yang lebih mengetahui tentang apa-apa yang
diciptakanNya? Dua ayat di atas menunjukkan hal ini semuanya. Dan kenyataan ini
masih ditunjang dengan bukti-bukti lain, yang paling utama di antaranya adalah
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
“Hari ini telah Aku sempurnakan
untukmu agamamu. Dan telah Aku sempurnakan nikmatKu untukmu dan Aku telah
ridlai Islam sebagai agamamu.” (Al-Maidah: 3).
Dalam kaitannya dengan hal ini seorang tokoh ulama’ dari Yordania yaitu
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid mengatakan dalam kitabnya Ilmu Usulil Bida’
bahwa ayat yang mulia ini membuktikan betapa syariat Islam telah sempurna dan
betapa syariat itu telah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan makhluk, jin dan
manusia dalam melaksanakan yaitu ibadah, seperti firman Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin,
dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu.” (Adz Dzari’at: 56).
Artinya kebenaran Islam adalah kebenaran paripurna, kebenaran menyeluruh
dan merupakan kebenaran yang betul-betul merupakan nikmat Allah yang luar
biasa. Betapa tidak, sebab apapun kebutuhan manusia dalam rangka pengabdian dan
peribadatannya kepada penciptanya sudah tertuang dan tercukupi dalam Islam.
Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi petunjuk-petunjuk lain, kecuali
Islam.
Kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Kesempuranaan Islam adalah kesempurnaan yang meliputi segala aspek, untuk
tujuan kebahagiaan masa depan yang abadi dan tanpa batas. Yaitu kebahagiaan
tidak saja di dunia, tetapi di akhirat juga. Karena itu mengapa orang masih
ragu terhadap kebenaran dan kesempurnaan Islam? Mengapa orang masih mencari
alternatif dan solusi-solusi lain?. Islam sudah cukup, tidak perlu penambahan
atau pengurangan untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Kebenaran dan
kesempurnaan Islam ini juga telah diakui oleh pemeluk agama lain selain Islam.
Hanya saja banyak di antara mereka sendiri yang menolak, seperti disebutkan
oleh Allah dalam Al-Qur’an:
“Mereka mengingkari ayat-ayat
Allah, padahal diri mereka mengakui kebenarannya, lantaran kedzaliman dan
kecongkakan.” (An-Naml: 14).
Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia.
Dari uraian di atas, seluruh ummat Islam harus merenung ulang mengapa ia
harus beragama Islam?. Bagaimana agar ia berada dalam lingkungan kebenaran?.
Seorang pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memberikan
konsep renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama; Seorang muslim harus merenung dan memahami bahwa ia diciptakan,
diberi rizki dan tidak dibiarkan . Itulah sebabnya Allah mengutus rasulNya
ketengah-tengah manusia. Tidak lain untuk membimbing mereka. Artinya ia, hidup
dan ada di muka bumi karena diciptakan Allah, ia diberi berbagai fasilllitas,
rizki yang lengkap, mulai dari kebutuhan oksigen untuk bernafas sampai rumah
sebagai tempat berteduh dan lain-lainnya sampai hal-hal yang di luar kesadaran
manusia. Semua itu bukan untuk hal yang sia-sia. Di dalam Al-Qur’an Allah
menerangkan:
“Maka apakah kamu mengira bahwa
sesungguhnya Kami mencipta-kan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak
akan dikembalikan kepada kami?. Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya;
tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia.” (Al-Mukminuun: 115-116).
Karena manusia tidak seperti binatang, yaitu tidak dibiarkan bebas sia-sia,
tidak diabaikan dan tanpa aturan, maka Allah menghendaki aturan untuk manusia.
Tentu hanya Allah yang mengetahui aturan paling tepat dan membawa maslahat buat
manusia, sebab Dia-lah pencipta manusia dan segenap makhluk lainnya.
Aturan itu adalah yang dibawa oleh Muhammad Rasul yang diutusNya untuk
kepentingan ini. Aturan itu adalah aturan yang menata kehidupan manusia agar
selamat di dunia dan di akhirat kelak. Konsekwensinya, siapa yang taat kepada
rasul-Nya, maka ia akan selamat dan masuk Surga. Sebuah kesuksesan masa depan
yang gemilang, yang didambakan oleh setiap insan yang berakal sehat dan
berfikiran normal.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ
أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا َرُسْولَ
اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ
عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
“Tiap-tiap ummatku masuk Surga
kecuali yang menolak. Ditanyakan kepada beliau: “Siapa yang menolak ya
Rasululllah?” Beliau menjawab: “Siapa yang taat kepadaku ia akan masuk Surga
dan siapa yang durhaka kepadaku maka ia telah menolak”. (HR. Al-Bukhari).
Jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Konsep yang kedua: Seorang muslim harus memahami bahwa Allah tidak ridla,
jika dalam peribadatan kepadaNya, Dia disekutukan dengan selainNya. Sekalipun
Malaikat yang dekat denganNya ataupun Nabi utusanNya, sebagaimana firmanNya:
“Dan sesungguhnya masjid-masjid
adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya
disamping (menyembah ) Allah..” (Al-Jin: 18)
Konsep yang ketiga: Jika sudah menjadi orang yang taat kepada Rasul Allah,
dan bertauhid kepada Allah, maka konsekwensi berikutnya yang harus dipahami
adalah prinsip Wala’ dan Bara’. Artinya loyalitasnya hanya diberikan kepada
Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman. Sebaliknya ia tidak memberikan
kecintaan dan kasih sayangnya kepada siapapun yang menentang Allah dan
RasulNya, sekalipun kerabat terdekatnya.
Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Itulah hakikat Islam yang dengan ucapan singkat berarti berserah diri
sepenuhnya kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya; bersikap patuh
terhadapNya dengan cara menjalankan ketentuan-ketentuanNya; dan bersikap
membebaskan diri; mem-benci dan memusuhi kemusyrikan beserta para pendukungnya.
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: قُلْ هَذِهِ سَبِيْلِيْ أَدْعُوْ إِلَى
اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَا
مِنَ المْشُرْكِيِنْ.َ
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ
هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ.
أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلاَ
نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُوْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَنَحْنُ لَهُ تَابِعُوْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، صَلِّ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، رَحِمَكُمُ
اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِ وَالْعَلَنَ،
فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَأَطِيْعُوْهُ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَيَّهُاَ الْمُؤْمِنُوْنَ، أَنَّ اللهَ تَعَالَى
صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ تَقْدِيْمًا وَبَدَأَ بِنَفْسِهِ تَعْلِيْمًا، وَقَالَ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ
حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ
لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 Tanggapan untuk "Islam Agama Yang Benar"
Post a Comment