Peristiwa Hari Akhir
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا
رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ
تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
Hendaknya seorang Muslim
senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah Allah limpahkan
kepada kita semua, baik nikmat keimanan, kesehatan dan keluangan waktu sehingga
kita bisa melaksanakan kewajiban kita menunaikan shalat Jum’at. Dan hendaklah
kita berhati-hati agar jangan sampai menjadi orang yang kufur kepada nikmat
Allah. Allah berfirman:
“Jikalau kalian
bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kalian
mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya siksaku sangat pedih.” (Ibrahim: 7).
Demikian pula kami wasiatkan
untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan dan waktu. Takwa,
sebuah kata yang ringan diucapkan akan tetapi tidak mudah untuk diamalkan.
Ketahuilah, wahai saudaraku rahimakumullah,
tatkala Umar bin Khaththab Radhiallaahu anhu bertanya kepada shahabat
Ubay bin Ka’ab Radhiallaahu anhu tentang takwa, maka berkatalah Ubay:
“Pernahkah Anda berjalan di suatu tempat yang banyak durinya?” Kemudian Umar
menjawab: “Tentu” maka berkatalah Ubay: “Apakah yang Anda lakukan”, berkatalah
Umar: “Saya sangat waspada dan hati-hati agar selamat dari duri itu”. Lalu Ubay
berkata “Demikianlah takwa itu” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, hal. 55).
Demikianlah takwa yang
diperintahkan oleh Allah dalam kitabNya yakni agar kita senantiasa waspada dan
hati-hati dalam setiap tindakan keseharian kita, dan juga dalam ucapan-ucapan
kita, oleh karena itu janganlah kita berbuat dan berucap kecuali berdasarkan
ilmu.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Hendaklah kita bersegera
mencari bekal guna menuju pertemuan kita dengan Allah karena kita tidak tahu
kapan ajal kita itu datang. Dan Allah berfirman:
“Dan berbekallah,
maka sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepadaKu
hai orang-orang yang berakal.” (Al-Baraqah:197).
Ketahuilah wahai saudaraku rahimakumullah.
Manusia setapak demi setapak
menjalani tahap kehidupan-nya dari alam kandungan, alam dunia, alam kubur dan
alam akhirat. Tahap-tahap tersebut harus dijalani sampai akhirnya nanti kita
akan menemui alam akhirat tempat kita memperhitungkan amalan-amalan yang telah
kita lakukan di dunia. Maka tatkala kita mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadits-hadits Nabi yang memberitakan tentang ahwal (keadaan) hari Akhir,
hendaklah hati kita menjadi takut, menangislah mata kita, dan menjadi dekatlah
hati kita kepada Allah.
Akan tetapi bagi orang yang
tidak memiliki rasa takut kepada Allah tatkala disebut kata Neraka, adzab, ash-shirat
dan lain sebagainya seakan terasa ringan diucapkan oleh lisan-lisan mereka
tanpa makna sama sekali. Na-uzu billahi min dzalik. Mari kita perhatikan firman
Allah dalam surat Al-Haqqah ayat 25-29.
“Adapun orang-orang
yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya maka dia berkata; “Wahai
alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) dan aku tidak mengetahui
apakah hisab (perhitungan amal) terhadap diriku. Duhai seandainya kematian itu
adalah kematian total (tidak usah hidup kembali). Hartaku juga sekali-kali
tidak memberi manfaat kepadaku, kekuasaanku pun telah lenyap
dari-padaku”.(Al-Haqqah 25-29)
Dalam ayat ini Al-Hafizh Ibnu
Katsir dalam tafsirnya juz IV hal 501, menerangkan bahwa ayat tersebut
menggambarkan keadaan orang-orang yang sengsara. Yaitu manakala diberi catatan
amalnya di padang pengadilan Allah dari arah tangan kirinya, ketika itulah dia
benar-benar menyesal, dia mengatakan penuh penyesalan: ‘Andai kata saya tidak
usah diberi catatan amal ini dan tidak usah tahu apakah hisab
(perhitungan) terhadap saya (tentu itu lebih baik bagi saya) dan andaikata saya
mati terus dan tidak usah hidup kembali.
Coba perhatikan ayat
selanjutnya:
“Peganglah dia lalu
belenggulah tangannya ke lehernya, kemudian masukkanlah dia ke dalam api Neraka
yang menyala-nyala kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh
puluh hasta”
(Al-Haqqah ayat 30-32).
Bagi kaum beriman yang
mengetahui makna yang terkandung dalam ayat tersebut, menjadi tergetarlah
hatinya, akan menetes air mata mereka, terisaklah tangis mereka dan keluarlah
keringat dingin di tubuh mereka, seakan mereka saat itu sedang merasakan
peristiwa yang sangat dahsyat. Maka tumbuhlah rasa takut yang amat mendalam
kepada Allah kemudian berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang-orang
yang celaka seperti ayat di atas.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Sesungguhnya manusia akan
dibangkitkan pada hari Kiamat dan akan dikumpulkan menjadi satu untuk
mempertanggungjawab-kan diri mereka. Allah berfirman:
“Dan dengarkanlah
pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat, yaitu pada hari
mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar (dari
kubur)” (Qaf: 41-42).
Juga Allah berfirman dalam
surat Al-Muthaffifin: 4-7.
“Tidakkah orang itu yakin bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada hari yang besar, (yaitu) hari
ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.
Dan manusia dibangkitkan dalam
keadaan حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
(mereka tidak beralas
kaki, telanjang dan tidak berkhitan), sebagaimana firman Allah:
“Sebagaimana kami
telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan mengulangnya
(mengembalikannya)”
(Al-Anbiya:104).
Manusia akan dikembalikan secara
sempurna tanpa dikurangi sedikitpun, dikembalikan dalam keadaan demikian bercampur dan berkumpul antara
laki-laki dan perempuan. Dan tatkala Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam
menceritakan hal itu kepada ‘Aisyah Radhiallaahu anha maka berkatalah ia:
“Wahai Rasulullah antara laki-laki dan perempuan sebagian mereka melihat kepada
sebagian yang lain?”, kemudian Rasulullah berkata:
اْلأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ
بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ.
“Perkara pada hari itu lebih keras dari pada sekedar sebagian mereka melihat
kepada sebagian lainnya.” (Hadits shahih riwayat Al-Bukhari nomor 6027 dan Muslih nomor 2859 dari
hadits ‘Aisyah Radhiallaahu anha ).
Pada hari itu laki-laki tidak
akan tertarik kepada wanita dan sebaliknya, sampai seseorang itu lari dari
bapak, ibu dan anak-anak mereka karena takut terhadap keputusan Allah pada hari
itu. Sebagaimana firman Allah:
“Pada hari ketika
manusia lari dari saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istrinya dan
anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
sangat menyibukkan”. (Q.S.
Abasa: 34-37).
Demikianlah peristiwa yang amat
menakutkan yang akan terjadi di akhirat nanti, mudah-mudahan menjadikan kita
semakin takut kepada Allah.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ
لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُوْنَ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَنَحْنُ لَهُ تَابِعُوْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، صَلِّ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، رَحِمَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِ وَالْعَلَنَ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَأَطِيْعُوْهُ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَيَّهُاَ
الْمُؤْمِنُوْنَ، أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ تَقْدِيْمًا
وَبَدَأَ بِنَفْسِهِ تَعْلِيْمًا، وَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ
أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا
الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ
الْوَهَّابُ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ
لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 Tanggapan untuk "Peristiwa Hari Akhir"
Post a Comment