Membangun Jalan Raya dari Limbah Plastik, Satu Inovasi untuk Banyak Solusi
Kita tentu sepakat, bahwa jalan raya merupakan infrastruktur dasar yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat. Hal tersebut tak lain karena sarana prasarana transportasi merupakan salah satu faktor terpenting yang sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya suatu kota atau daerah. Bagaimana tidak? Ketiadaan akses transportasi yang baik, tentu akan berakibat buruk bagi kegiatan distribusi dan aktivitas ekonomi masyarakat lainnya.
Berbicara tentang kondisi jalan raya, sebenarnya sudah ada komitmen dan upaya yang nyata dari pemerintah melalui Kementerian PUPR dan pihak-pihak terkait lainnya untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur jalan raya. Namun, kenyataannya kita masih sering menyaksikan jalan-jalan raya di sekitar kita yang relatif cepat sekali rusak, atau mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif sangat pendek setelah diperbaiki. Masalah kerusakan dini (premature deterioration) jalan-jalan inilah yang merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh pemerintah.
Sebagaimana kita ketahui, hampir semua jalan raya di Indonesia adalah berbahan dasar aspal. Dikutip dari situs Wikipedia, Aspal merupakan bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal biasanya memiliki ketahanan untuk 10 tahun. Namun faktanya, banyak jalan aspal yang hanya bertahan beberapa tahun saja. Oleh karenanya, tentu sangat dibutuhkan sebuah inovasi membangun jalan raya yang mampu bertahan lama dari bahan dasar selain aspal. Terlebih, bahan baku aspal adalah minyak bumi yang merupakan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui. Sehingga tidak mustahil, jika di masa mendatang aspal sulit didapat karena persediaannya yang terus menipis di perut bumi.
Jalan berlubang sebagai bukti aspal tidak bertahan lama (Source: here)
Bagaimana caranya? Metode yang paling sederhana dari inovasi ini adalah dengan cara mencampurkan sampah-sampah plastik yang telah dilelehkan dengan aspal dan material lain yang biasa digunakan untuk pembangunan jalan raya. Hasilnya, aspal yang dicampur dengan plastik akan membentuk senyawa yang lebih kuat merekat dengan bahan-bahan bebatuan, sehingga konstruksi jalan akan lebih tahan terhadap air. Sebagaimana kita ketahui bahwa limpah dari plastik yang kita gunakan sekarang akan terurai ratusan tahun yang akan datang.
Gagasan inovasi dengan membangun jalan raya dari limbah plastik tentu tidaklah berlebihan, karena kalau kita menilik ke luar negeri sana ternyata perusahaan raksasa Koninklijke VolkerWessels Stevin (KWS Infra) pada tahun lalu mulai menguji jalan raya berbahan dasar plastik (Plastic Road). Plastic road yang dikembangkan oleh perusahaan asal Belanda ini terdiri dari bagian-bagian yang telah dicetak dengan bentuk kotak-kotak datar, terbuat dari bahan plastik daur ulang.
Plastic road sebagai alternatif pengganti jalan aspal (Source: here)
Kedua, pembangunan jaringan plastic road ini bisa selesai dalam hitungan 'pekan' dibandingkan jalan aspal yang memakan waktu berbulan-bulan. Hal tersebut tak lain karena bahan plastik ringan, maka pembangunan jalan juga menjadi jauh lebih mudah daripada jalan dari bahan aspal. Ketiga, plastic road ini jauh lebih awet, diperkirakan usianya tiga kali lebih lama daripada jalan aspal. Dan, keempat, plastic road membutuhkan sedikit perawatan. Karena sedikit memerlukan perawatan, maka arus lalulintas tidak terganggu, sehingga kita tidak lagi sering menemukan kemacetan lalu lintas yang disebabkan perbaikan jalan.
Banjir, seperti kita ketahui bersama merupakan masalah rutin yang selalu muncul tiap tahun di Indonesia. Mengutip data yang dilansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), intensitas bencana banjir dan longsor di Indonesia ini, dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.
Banjir, salah satu masalah klasik yang muncul tiap tahun (Source: here)
BNPB juga mengungkapkan, bahwa dalam rentang waktu dari tahun 2003 sampai 2013, total peristiwa banjir dan longsor yang terjadi di Indonesia mencapai 6.288 kejadian atau 572 per tahunnya. Dari sisi dampak pun tak main-main. Tercatat dalam rentang 2003-2013, total korban meninggal akibat banjir dan longsor mencapai 5.650 jiwa. Atau jika dirata-rata, korban meninggal akibat banjir dan longsor tiap tahunnya sebanyak 514 jiwa.
Penyebab utama banjir memang berasal dari curah hujan yang tinggi. Jika hujan besar turun terus menerus, tentu air tidak akan langsung masuk ke saluran pembuangan air, melainkan air yang turun akan menjadi genangan. Dan genangan air tersebut lama-lama akan semakin menumpuk dan menjadi banjir, yang tentunya juga akan merusak aspal dan jalanan yang terkikis oleh air terlalu lama.
Rongga di bawah plastic road dapat dimanfaatkan sebagai sistem penyerapan untuk cegah banjir (Source: here)
Berbicara tentang sampah, awal tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan pernyataan bahwa persoalan sampah di negara kita ini sudah sangat meresahkan. Indonesia bahkan masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik terbanyak setelah Tiongkok.
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil limbah plastik terbesar di dunia (Source: here)
Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK bahkan memperkirakan total jumlah sampah Indonesia di tahun 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Jika kita mampu mengembangkan inovasi plastic road ini, maka sampah plastik ini bukanlah menjadi masalah lagi. Seberapapun banyaknya sampah plastik, tentu akan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar plastic road. Sampah plastik bukan lagi menjadi musibah, justru menjadi berkah bagi masyarakat Indonesia, yaitu dengan adanya sarana transportasi berupa jalan raya yang baik.
Pada dasarnya setiap daerah memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Entah itu di sektor pertanian, perkebunan, industri, pariwisata, maupun sektor lainnya. Namun karena keterbatasan infrastruktur jalan yang ada, sering kita temui suatu daerah yang seharusnya bisa berdaya saing tinggi akhirnya hanya bisa jalan di tempat saja, dalam artian tidak mampu menggali dan mengembangkan potensi daerah yang ada.
Sebagai contoh, adalah daerah kelahiran saya, Kabupaten Purworejo. Dari data tahun lalu, didapati bahwa Kabupaten Purworejo termasuk dalam jajaran 15 kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Lebih tepatnya, Purworejo menduduki peringkat ke-12 kabupaten termiskin dari 35 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Tengah. Jumlah angka kemiskinannya diperkirakan 15,44 persen. Padahal sejatinya, Purworejo memiliki berbagai potensi daerah yang tak bisa dibilang sedikit.
Peta Purworejo, kabupaten dengan tingkat kemiskinan terbesar ke-12 di Jawa Tengah (Source: here)
Namun, sepertinya industri-industri tersebut tidak berkembang dengan pesat. Perusahaan bisa dikatakan belum bisa menyerap tenaga kerja secara signifikan. Terbukti masih banyak sekali, pemuda dari daerah Purworejo yang merantau ke kota-kota besar untuk menjadi tenaga kerja di perusahaan-perusahaan industri. Gambaran ini tentu mengisyaratkan adanya permasalahan dalam bisang perindustrian di Purworejo. Para pemilik modal seolah enggan menanamkan modalnya di daerah Purworejo. Salah satu pertimbangannya tentu akses transportasi jalan raya di Purworejo yang kurang mendukung.
Dalam sektor pariwisata, jangan dibilang bahwa Purworejo tidak mempunyai destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Meski tak cukup punya nama besar, namun sebenarnya kabupaten ini menyimpan potensi wisata yang cukup banyak. Sebut saja, Pantai Jatimalang yang menawarkan keindahan Pantai Laut Selatan. Atau Goa Seplawan, yang berada di Kecamatan Kaligesing yang pemandangannya memanjakan mata. Beberapa wisata air terjun yang indah juga terdapat di daerah ini, seperti Curug Silangit, Curug Muncar, Curug Seneng. Namun, potensi wisata tersebut bisa dikatakan belumlah menghasilkan sesuatu yang lebih menjanjikan bagi pendapatan daerah. Banyak obyek wisata yang sepi pengunjung. Dan lagi-lagi, akses jalan menuju tempat-tempat wisata tersebut yang menjadi pokok permasalahannya.
Pemandangan di atas Goa Seplawan, salah satu obyek wisata di Purworejo (Source: here)
Sebagaimana kita ketahui slogan kabupaten ini adalah Purworejo Berirama. Namun karena buruknya kondisi jalan yang ada, kadang istilah berirama ini dijadikan guyonan untuk menggambarkan kondisi jalanan di Purworejo yang bergelombang seperti irama. Kalaulah akses jalan di Purworejo baik, tentu tidak mustahil daerah ini akan menjadi kabupaten yang mempunyai daya saing dengan kabupaten dan kota lain di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Dan ini berlaku bukan hanya di Purworejo, akan tetapi di daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.
Plastic Road, satu inovasi untuk banyak solusi (Source: here)
*Referensi:
- id.wikipedia.org
- www.pu.go.id
- www.menlhk.go.id
- www.bnpb.go.id
- purworejokab.bps.go.id
- www.volkerwessels.com
- www.volkerwessels.com
Ide yang inovatif, bisa memanfaatkan sampah plastik.
ReplyDeleteIya, terlebih sampah plastik ini saat ini menjadi salah satu masalah besar kita, sehingga beberapa waktu yg lalu ada kebijakan kantong plastik berbayar.. tapi nyatanya, kebijakan itu belum cukup efektif.. sehingga, plastic road ini saya pikir bisa jadi solusinya..
DeleteKeren idenya
ReplyDeleteTerimakasih pak Koko.. ini diilhami dari beberapa permasalahan yg ada di sekitar kita; sampah plastik, banjir, jalan aspal yg berlubang, serta kondisi masyarakat di daerah saya, Purworejo yang perkembangannya menurut saya kurang signifikan..
Delete