Mengintip Pesona Keindahan Toleransi di Balik Legenda Seribu Candi
“Cinta memang butuh bukti, bukan sekedar janji”. Kata-kata inilah yang mungkin saat itu terbersit di benak Bandung Bondowoso ketika cintanya ditolak secara halus oleh Roro Jonggrang. Kita sendiri mungkin bisa membaca isi hati Roro Jonggrang di balik penolakan cintanya kepada Bandung Bondowoso.
Ya, apalagi alasannya kalau bukan karena seorang pangeran yang gagah perkasa itu ternyata adalah laki-laki yang telah membunuh ayahnya, Prabu Boko. Alasan itulah yang kemudian mendorong Roro Jonggrang untuk mengajukan dua syarat: membuat sumur raksasa Jalatunda dan seribu candi dalam waktu semalam!
Ya, apalagi alasannya kalau bukan karena seorang pangeran yang gagah perkasa itu ternyata adalah laki-laki yang telah membunuh ayahnya, Prabu Boko. Alasan itulah yang kemudian mendorong Roro Jonggrang untuk mengajukan dua syarat: membuat sumur raksasa Jalatunda dan seribu candi dalam waktu semalam!
Sepertinya memang tidak masuk akal. Namun dengan kekuatan cinta dan tekad yang kuat, ternyata Bandung Bondowoso dengan mudah berhasil membangun sumur Jalatunda. Kini, ia hanya tinggal menyelesaikan persyaratan kedua, membangun seribu candi. Bagi seorang Pangeran yang sakti, pekerjaan itu tentu bukan sesuatu yang teramat sulit. Dengan kesaktiannya, ia berhasil meminta bantuan para makhluk halus untuk membangun seribu candi.
Menyaksikan pembangunan seribu candi itu hampir selesai, Roro Jonggrang mulai khawatir. Ia segera membangunkan seluruh perempuan desa untuk mulai menumbuk padi dan membakar jerami pada sisi timur desa. Tak ayal, ayam-ayam pun terperdaya dan mulai berkokok bersaut-sautan. Pun demikian dengan para makhluk halus yang membantu Bandung Bondowoso. Mereka lari tunggang langgang meninggalkan pekerjaan yang sudah mencapai 999 candi.
Syahdan, ketika mengetahui bahwa kegagalannya itu adalah akibat dari tipu muslihat Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun murka. Ia kemudian mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu, sekaligus untuk melengkapi sebagai candi yang ke seribu.
Si Zizi, bidadari kecilku pun tertidur pulas dalam buaian legenda Roro Jonggrang
***
Legenda Roro Jonggrang yang sudah saya dengar sejak kecil itu kembali memenuhi benak saya saat itu. Ketika kami (saya, istri, dan Zizi, si bidadari kecil) keluar dari pelataran Candi Roro Jonggrang atau Candi Prambanan ini, kemudian melangkahkan kaki menyusuri jalan-jalan kecil yang menghubungkan Candi Prambanan ke Candi Sewu.
Keluar dari pelataran utama sebelah utara Candi Prambanan untuk menuju ke Candi Sewu
Kendaraan yang bisa ditumpangi dari Candi Prambanan menuju Candi Sewu
Pertama adalah Candi Lumbung, letaknya sekitar 500 meter dari Candi Prambanan. Candi yang diduga menjadi pusat peribadatan keagamaan ini terdiri dari sebuah Candi Induk yang dikelilingi oleh 16 candi kecil. Di sekeliling dinding luar Candi Induk ini, terpahat relief gambar pria dan wanita. Yang membuat menarik, adalah ukuran reliefnya yang hampir sama dengan ukuran manusia sebenarnya. Sebuah hal yang jarang dijumpai di candi-candi lain.
Kompleks Candi Lumbung, candi Budha di utara Candi Prambanan
Dari papan informasi di depan candi, tertulis bahwa candi berukuran 12 m x 12 m ini tersusun dari batu andesit. Beberapa temuan mengindikasikan bahwa Candi Bubrah ini adalah candi Budha yang pernah berdiri dengan damai di sebelah candi Hindu terindah di Asia Tenggara; Candi Prambanan.
Seperti namanya, kondisi candi ini benar-benar bubrah. Semoga bisa direkonstruksi kembali..
Inilah Candi Sewu, Candi Budha terbesar kedua di Indonesia!
Menurut sumber yang bisa dipercaya, sebenarnya Candi Sewu hanya berjumlah 249 candi. Dari sejumlah candi tersebut, terdiri dari 1 Candi Utama, 8 Candi Pengapit dan 240 Candi Perwara. Nah, salah satu keunikan dari kompleks candi ini adalah semua bangunan candi disusun dalam posisi yang simetris dengan Candi Utama yang berada di tengah-tengah.
Candi Pengapit di kompleks Candi Sewu
Inilah Dwarapala, penjaga Candi Sewu yang menyeramkan itu..
Merapi yang menjulang tinggi, satu pesona yang bisa diintip dari Candi Sewu
Candi Utama di Candi Sewu, salah satu mahakarya Rakai Panangkaran yang luar biasa
Relief eksotik yang terpahat di dinding Candi Pengapit
Mengintip di antara legenda dan mitos: stupa Candi Sewu dan puncak merapi!
Pemandangan dari ruang dalam Candi Utama di Candi Sewu
Sambil berharap nilai-nilai toleran sebagaimana yang tergambar di Candi Sewu ini senantiasa bersemi kembali, saya melangkah menyusuri candi hingga ke sisi barat. Di balik keteduhan candi karena tak terkena sinar sang mentari, saya kembali melihat ke pelataran. Di sana masih menyimpan sejuta cerita indah yang tersembunyi di balik ribuan reruntuhan batu yang hingga hari ini masih belum tersusun dengan rapi.
Sejuta kisah masih tersembunyi di balik ribuan reruntuhan batu
Sungguh, keindahan toleransi yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ribuan kata rasanya tak akan mampu menerjemahkan keindahan Candi Sewu serta candi-candi ini. Maka, kunjungilah mahakarya dengan ribuan pesona yang selalu bisa meluluhkan hati siapapun yang mendatanginya. Untuk kemudian terjebak pada kecintaan yang mendalam, sebagaimana cintanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Sebelum pulang, mari berfoto dulu! Sebagai saksi pesona keindahan toleransi di balik legenda seribu candi..
dan aku belum pernah kesini hahaha liat ulasan ini fix bikin mupeng liburan bareng keluarga kesini 😂👍👍
ReplyDeleteHayuk mbak, segera direncanakan.. Sekalian trip keliling jogja...
Delete