Memotret Gudeg Daun Singkong, Melestarikan Kuliner Nusantara
Siapa sih yang masih meragukan kekayaan Nusantara? Iya, Nusantara, negeri kepulauan yang membentang dari Sabang sampai ke Merauke di Papua, dari Miangas sampai ke pulau Rote di Nusa Tenggara sana. Nusantara, sebutan bagi Indonesia kita tercinta, negeri eksotik dengan segala macam keanekaragamannya. Tak hanya kaya dengan ragam suku, budaya, kesenian, adat istiadat, dan bahasa saja. Akan tetapi Nusantara juga kaya akan kuliner atau makanannya.
Nah, berbicara tentang kuliner, semua pasti tahu bahwa setiap daerah di Nusantara ini mempunyai makanan khas yang semuanya mempunyai filosofi dan daya tariknya tersendiri. Iya kan? Demikian juga yang ada di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang mempunyai banyak makanan khas dengan cita rasanya masing-masing. Salah satunya adalah gudeg.
Ya, gudeg! Sudah kenal dengan gudeg kan? Saya yakin semua pasti sudah mengenalnya ya? Bagaimana tidak, makanan khas yang kebanyakan berbahan nangka muda ini memang populer di mana-mana. Sebagai makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah, gudeg ini sangat mudah untuk kita temukan. Bahkan hampir di setiap sudut kota di Yogyakarta dan Jawa Tengah, selalu ada warung yang menjajakan gudeg. Tapi, sebenarnya bagaimana sih sejarah gudeg?
Asal muasal gudeg sendiri belum jelas kepastiannya. Ada yang berpendapat bahwa gudeg sudah ada sejak masa Sultan Agung. Saat itu, gudeg dibuat sebagai logistik persediaan tentara Mataram saat menyerang Batavia. Pendapat lain mengatakan, bahwa gudeg mulai dibuat sejak abad ke-19. Sebagaimana dalam “Serat Centhini” yang menceritakan bahwa suatu ketika Raden Mas Cebolang sedang singgah di pedepokan Sunan Pandanaran, Bayat, Klaten. Nah, saat itu Sunan Pandanaran menjamu tamunya dengan beragam makanan, salah satunya adalah gudeg.
Konon, nama gudeg sendiri diperoleh dari cara pengolahan makanannya, yaitu dengan cara diaduk, yang dalam bahasa Jawa disebut dengan “diudeg”. Jadi, sebenarnya istilah gudeg itu mengacu dari cara memasaknya, bukan dari bahan makanannya. Pada awalnya gudeg disajikan dengan areh atau santan kelapa saja. Namun, seiring berkembangnya waktu, penyajian gudeg juga ikut berkembang dengan ditambahkannya pelengkap lainnya seperti ayam, tahu, dan daun singkong. Sebagaimana menu makan keluarga kecil kami hari ini.
Ya, hari ini, dengan alasan kesibukan, Ibunya si Zizi tidak memasak. Akhirnya, kami sepakat untuk mencari sayur dan lauk di warung makan terdekat. Dan menu makanan yang menjadi pilihan kami hari ini adalah nasi gudeg nangka plus daun singkong. Baru dengar tentang gudeg daun singkong kan?
Gudeng nangka plus daun singkong sebenarnya tak jauh beda dengan gudeg nangka pada umumnya. Bedanya, adalah adanya daun singkong sebagai tambahan nangka. Menurut Si Ibu penjualnya, untuk membuat gudeg ini juga sebagaimana gudeg lainnya. Bahan-bahan yang diperlukan adalah nangka muda, santan dan daun singkong muda. Daun singkong ini dipotong kecil-kecil kemudian direbus sampai lunak, kemudian ditiriskan.
Adapun bumbu-bumbunya adalah daun salam, lengkuas, bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, garam, gula jawa dan penyedap rasa secukupnya. Untuk membuat kuahnya, bahannya adalah santan yang diberi bumbu bawang merah, bawang putih, cabai, kemiri, ketumbar, garam, gula jawa dan penyedap rasa. Sebagai variasi, kuahnya bisa dicampur dengan ayam, telur, ataupun tahu.
Cara memasaknya, rebus nangka muda dengan daun jati hingga berwarna merah. Setelah nangka matang, tiriskan kemudian hancurkan. Masukkan semua bahan kecuali daun singkong dalam panci. Masak dengan api kecil hingga bumbu meresap dan santan menyusut. Untuk porsi besar, langkah ini biasanya membutuhkan waktu berjam-jam. Langkah selanjutnya, masukkan daun singkong dan aduk hingga matang.
Adapun cara membuat kuahnya, tumis bumbu-bumbu yang tersedia, masukkan santan dan bahan-bahan lain, kemudian aduk hingga matang. Oh ya, jika menunya sayurnya gudeg, maka sebagai lauknya, menurut saya yang paling pas adalah telur, bergedel (perkedel) ataupun ayam bacem.
Nah, itulah gudeg nangka plus daun singkong menu makan kami hari ini. Lantas, bagaimana rasanya? Sebagaimana foto-foto yang manis hasil jepretan kamera Asus ZenFone C4 yang saya miliki, gudeg nangka plus daun singkong ini juga manis dan tentunya lezat menggoyang lidah. Kalau Anda tak percaya, silahkan mampir saja di warung-warung gudeg yang bertebaran di sepanjang jalan Jogja-Solo. Cobalah, dijamin Anda akan ketagihan.
Oh iya, jika sedang icip-icip gudeg nangka plus daun singkong, serta kuliner Nusantara lainnya, jangan lupa untuk dijepret dan dishare ke media sosial ya? Agar kuliner Nusantara semakin terkenal ke seluruh pelosok negeri, hingga ke penjuru dunia. Dengan semakin dikenalnya kuliner Nusantara oleh masyarakat dunia, maka sudah pasti akan meningkatkan produksi kuliner masyarakat Indonesia. Hasilnya, secara tidak langsung kuliner Nusantara akan tetap lestari hingga ke masa anak cucu kita kelak.
Di zaman yang semakin canggih ini, nggak susah kan kalau hanya untuk jeprat-jepret? Tentu, karena saat ini untuk mendapatkan potret bagus, kita tak harus memiliki kamera digital. Kita hanya perlu Asus ZenFone! Ya, dengan teknologi PixelMaster Camera yang dimilikinya, Asus ZenFone akan mampu memotret dengan hasil gambar terbaik, citra yang detail, warna yang lebih alami, dan tangkapan cahaya yang lebih peka meski dalam suasana gelap atau minim cahaya.
Sistem PixelMaster ini akan menggabungkan 4 pixel yang didapat dari sensor menjadi 1 pixel dengan kualitas tinggi, sehingga hasil pencahayaan dan kontras warnanya akan menjadi 4x lipat lebih terang. Berbekal teknologi ini, Asus ZenFone memiliki banyak mode dalam pengambilan gambar. Mode Auto akan mengambil gambar dengan pengaturan secara otomatis baik untuk fokus, ISO, shutter speed dan bukaan diafragma untuk hasil foto yang optimal.
Jika kita akan mengambil foto dalam kondisi yang terjadi backlight, ASUS PixelMaster Camera punya Mode HDR yang akan mengambil 3 buah gambar sekaligus, dan menyatukannya agar objek dan latar belakang foto tetap terlihat jelas. Dengan Mode Beautification, kita juga bisa membuat objek lebih halus dan cerah.
Nah, bagaimana jika kita ingin mengambil foto di kegelapan? Tenang, ASUS PixelMaster Camera juga menyediakan fitur Night Mode yang mampu mengambil gambar di malam hari lebih terang dibanding dengan mode Auto. Ada juga Depth-of-Field yang bisa mengambil gambar dengan memberikan efek pada latar belakang gambar seperti layaknya kamera mahal.
Oh iya, jika kita termasuk orang yang senang menggunakan efek kamera pada saat mengambil foto, ASUS juga memberikan 12 efek kamera yang dapat digunakan secara live ketika mengambil gambar tanpa harus menggunakan aplikasi tambahan. Tak hanya itu, Azuz ZenFone juga dilengkapi dengan Mode Panorama yang mampu mengambil gambar yang sangat lebar, serta Mode Miniatur untuk mengambil gambar dengan fokus ke objek yang kita inginkan. Keren sekali kan?
Jadi, yuk jepret kuliner Nusantara di daerahmu dengan Asus ZenFone! Agar kuliner Nusantara semakin mendunia dan tetap lestari. Salam icip-icip...
***
*Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Gandjel Rel
Salam icip kang.
ReplyDeleteLezat juga yo gudeg daun singkongnya. Enak kuiii tmbah gereh wuihhhh ngiler.
Woh iya, itu juga pas banget.. sayang kemarin nggak menemukan gereh.. hehee
Deletegoreg dewe Kang wkwkkwkw
Deletengebayangin bapak2 goreng gereh hahahaha
nek nggoreng tempe biasa mbak.. Hehee
DeleteCukup menggoda untuk dicicipi ya Kang :)
ReplyDeleteYuk cobain gudeg daun singkongnya bang.. di Aceh udah ada belum?
DeleteGudeg itu kalao di sini namanya santen kethewel Mas :D
ReplyDeleteMemang kebanyakan pake thewel Mas, tapi sebenarnya gudeg itu cara masaknya yang diudek-udek..
DeleteAduh Kang.. Jadi kepingin jalan-jalan ke Jogja dan nyobain Gudeg lagi saya.. Maknyuus
ReplyDeleteSini, piknik ke jogja lagi mas.. Biar bisa icip2 gudeg yg manisnya tembus sampe ke hati... Hehee
DeleteHihihi, lihat gudeg jadi kangen Jogja. Duluuuu, tahun 2000 pas pertama kali tinggal di Jogja dan nyicipin gudeg kok kaya makan kolak. Muanis hahaha. Tapi lama-lama terbiasa juga deh, dan setelah 10 tahun di Jogja lidah malah standarnya manis. Bisa jadi karena kebanyakan makan gudeg nih.
ReplyDeleteBtw, di dekat kosku dulu ada Kang warung gudeg yang luarise polll tenan. Padahal cuma di jalan kecil di Janturan, Jl. Prof. Dr. Soepomo. Tapi yang beli pada bawa mobil dan rame banget.
Wah, lama juga tinggal di jogjanya mas.. Sudah marem dengan berbagai jenis gudeg tentunya.. Atau justru sudah lihai memasak gudeg.. Hihihii
Delete